Sidang 1

Share sedikit seputar pengalaman sidang bulan juli lalu. Saat itu sudah memasuki bulan puasa, dan pagi pagi sekitar pukul 7 sudah ngetem aja dikampus ditemani kekasih tercinta (ciieee) yang setia ikut pagi - pagi ke kampus padahal cuaca saat itu dingin beudh dan juga bulan puasa dimana jika dingin memudahkan kita untuk merasa lapar (buku biologi SD halaman 33). Badan terasa menggigil karena faktor cuaca juga faktor deg - deg'an. Ini lah penentuan bagi saya apakah saya layak untuk lulus atau ... ahh takut sekali membayangkannya saat itu. Kekasih saya tercinta (ciieee) sudah sidang hari sebelumnya dan ia lulus dgn nilei yang oke punya. "Euleug eleug sidang hiiiii" bgitulah ucapnya pagi itu menyemangati saya. Tak lama menunggu, beberapa kawan yang juga sidang hari itu datang juga. Apes nya, saat itu laki - laki nya hanya saya sendiri ! Memang saat jadwal sidang - sidang awal, kebanyakan perempuan dalam list sidang nya saat itu (apakah teori bahwa perempuan memang lebih rajin benar adanya?)

Kami berkumpul didepan sekre, mengobrol dan sharing - sharing bagaimana susahnya tidur pada saat malam hari nya dan sharing bagaimana deg - deg'an nya menanti sidang ini. Sedangkan saya semalam justru tidur nyenyak seperti tidak ada beban, tp ketika bangun mata tiba - tiba menangis karena teringat bahwa hari itu sidang (loh?).

Sekian lama menunggu, akhirnya tidak datang juga dosen - dosen penguji nya. Semakin lama semakin tidak karuan lah pikiran ini. "Duh keburu lupa nih materi - materi yang udh diapalin nya" pikir saya saat itu. Ingin baca - baca kembali materi tugas akhir saya, sudah tidak konsen karena tegang. Ingin makan, puasa. Ingin pulang, berarti ga lulus, ahh semakin sulit saja melalui hari itu ..

Akhirnya datang lah sosok yang kami tunggu - tunggu. Dialah Pak Slamet dosen pembimbing saya (kita semua) merangkap dosen penguji, merangkap ketua prodi saat itu. Dibukalah sidang hari itu .. (ketok palu).
Dosen pembimbing saya (yang sebenarnya) adalah Pak Enjat, sosok dosen yang friendly abis dan baik. Beliau sudah saya sms hari sebelumnya bahwa saya akan sidang esok harinya. "ok ri" balasnya singkat saat itu. Ketika ce'es saya Kiki sidang beberapa hari sebelumnya, ia bercerita bahwa Pak Enjat tidak datang saat itu. Saya berharap kali ini Pak Enjat hadir untuk menguji saya. Beberapa kawan sudah mulai masuk ruang sidang, baik dengan dosen pembimbing nya masing - masing ataupun dengan dosen yang lainnya. Rasa tegang dan seram menyelimuti ruang tunggu sidang. Kami berasa seperti sedang uji nyali diacara salah satu stasiun tv swasta. Karena para dosen yang jadwal menguji hari itu tidak kompak datangnya, akhirnya sidang pun menjadi terbagi beberapa kali, karena saat sidang sebetulnya harus sekaligus dengan 3 dosen penguji. Ketika sedang sibuk komat - kamit berlatih untuk persentasi, terlihat lah sosok Pak Enjat. "Yes ! akhirnya datang juga nih Pak Enjat" pikir saya. Beliau datang dengan gaya santai nya, saya pun langsung menyapanya dan bersalaman. "Gimana ri siap ?" ucapnya santai. "Insya Allah siap Pak !" balas saya semangat. "Kemon ri langsung yuk !" ajaknya untuk segera masuk ke ruang sidang. Perasaan tegang malah kembali menyelimuti saat itu, "Siap Pak !" ucap saya seraya memasuki ruang sidang dan menutup pintunya. Sidang perdana pun dimulai ..

Segera saya pun menyiapakan proyektor yang sudah ada diruang sidang tersebut padahal saya sendiri tidak mengerti bagaimana menyalakan proyektor tersebut. Ada beberapa tombol yang terlihat, saya pun tekan tombol tersebut satu persatu. "Gimana ri bisa ?" ucap Pak Enjat menanyakan. "Emmm belum nyala nih Pak" balas saya sambil bingung yang kemudian disusul dengan nyala nya proyektor tersebut. "Nah bisa Pak !" ucap saya bangga karena telah berhasil menyalakan proyektor tadi dengan cara kesemua tombolnya yang di tekan. Tak lama muncul lah slide power point saya yang sudah saya modifikasi dan di edanin melalui proyektor tadi yang dipantulkan ke dinding.

cover slide sidang saya yang sudah di edanin

"Ri ini tanda tangan acc saya mana ?" tanya Pak Enjat tiba - tiba yang membuat saya menjadi gugup. "Emmm iya itu pak maaf waktu itu di suruh ganti cover nya sama Pak Slamet gara - gara ada yang salah sedikit" ucap saya gugup. "Oiya yang mana ri waktu itu salahnya ?" tanya Pak Enjat. "Itu pak font tulisannya ada yang salah beberapa", "Ohh iya oke ri" balasnya santai. Saya pun merasa bersalah, seharusnya setelah revisi saya kembali menemui Pak Enjat untuk lapor dan kembali meminta tanda tangannya, tetapi saat itu saya malah langsung saja mendaftar sidang. "Yo ri langsung aja" ucapnya menyuruh saya segera berpersentasi. Panjang lebar saya pun memulainya, menjelaskan beberapa teori dasar yang terkait dengan tugas akhir saya, sedikit mengenai pengertian - pengertiannya dan juga cerita sedikit seputar perusahaan tempat di mana saya melakukan praktik kerja lapangan atau bahasa gaulnya PKL. Terlihat Pak Enjat hanya terpaku kepada makalah TA saya dan sesekali menganggukan kepalanya sambil melihat ke arah saya. Saya pun merasa sedikit bersemangat karena Pak Enjat merespon ucapan - ucapan saya dan terkadang langsung bertanya mengenai materi persentasi saya tersebut. Analisis mengenai tugas akhir saya pun di paparkan dan alhamdulillah lancar dan Pak Enjat pun langsung mengerti. Sekitar 10 menit kemudian, selesai lah persentasi saya. "Oke ri duduk aja" ucapnya kembali dengan santai. "Gimana nih ri waktu pkl nya, asik ?" tanya beliau kepada saya. Saya pun langsung bercerita mengenai PKL yang saya lakukan bersama keempat ce'es saya. Bagaimana tugas yang kami lakukan disana, dan kejadian - kejadian menarik apa saja yang terjadi disana, Pak Enjat pun merespon dengan baik. Sesekali beliau tertawa mendengarkan cerita saya mengenai PKL yang kami lakukan saat itu. "Ahh kalo sidang kaya gini sekedar ngobrol - ngobrol santai, berapa lama sidangnya juga ga jd masalah" pikir saya mulai cengos. "Oke deh ri cukup, nih udh ada nileinya" ucap Pak Enjat menutup sidang saya saat itu. "Oiya oke Pak" balas saya sambil mencoba mengintip nilai yang ditulis oleh Pak Enjat tetapi gak keliatan.

Sidang yang pertama pun beres. Masih ada 2 dosen lagi yang harus saya temui dalam sidang saat itu. Saya pun pamit dan berterima kasih kepada Pa Enjat sambil kembali mencoba mengintip nilei yang ditulis Pak Enjat td tetapi masih gak keliatan juga ...

Komentar

Postingan Populer